Diksi “Baik” Dalam  Figur Seorang Gembala

Oleh: Apoloninus Anas (Direktur LBKP U-Geninus Kefamenanu)

Tentu saja kalau Yesus berhenti pada pilihan kata baik dalam gambaranya tentang gembala  maka secara manusiawi orang-orang yang berada di sekitar Yesus menggunakan relativitas yang lebih tinggi. Bisa saja para pendengarnya akan menantang balik dan mengatakan kepada Yesus bahwa merekalah yang lebih baik atau paling baik dari Yesus.

Lebith lanjut Yesus menambahakan penjelasan tentang baik menurutNya agar tidak menimbulkan kontroversi di tengah para murid dan yang mendengarnya degan memberi ukuran khusus, ideal serta sangat berat jika dijalankan manusia biasa. Bahwa Gembala yang baik adalah gembala yang menyerahkan “nyawa”bagi domba-domba. Itulah karakter ideal.

Dengan demikian Yesus mengabaikan komparatifitas yang dipakai manusia biasa. Yesus memerikan syarat tambahan gembala yang baik. Pembuktian adalah nyawa sebagai taruhan.Secara implisit mengandung makna paling baik/superlatifnya terpenuhi.

Hal itu memang menjadi terlaksana dalam perjalanan hidup Yesus yakni merelakan nyawa bagi semua manusia tanpa kecuali. Bahkan orang tidak beriman padaNya sekalipun Ia tuntun dan selamatkan. Itulah pekerjaan gembala yang baik. Mengutamakan nyawa domba dari pada nyawa sang gembala.

BACA JUGA:
“Buru Warat” dan Deep Ecology ala Orang Manggarai
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More