Lembata: Lembah Tangisan
Saya tak menduga bahwa seruan profetis Opa Anton 15 tahun silam di bumi Lorosae, pada Pesta St. Matius Rasul dan Penulis Injil, kini menjadi kenyataan yang menyeret Lembata menuju Lembah Tangisan. Dan oleh karena itu tugas kita bukan hanya memulihkan lembah tangisan itu menjadi tanah yang ditaburi khabar baik; tetapi juga membentuk orang-orangnya untuk bermetamorfosa dari homo homini lupus, kepada homo homini socius (dari manusia sebagai serigala bagi sesamanya kepada manusia sebagai sahabat bagi sesamanya), karena semua yang dilayani bukan mangsa untuk disantap melainkan keluarga; saudara dan saudari Tuhan.
Ya! Kita bukan penulis injil seperti Matius, karena hal itu menyangkut charisma. Namun semua orang yang dibaptis memiliki tuntutan yang sama yakni menjadi pelaku khabar baik, karena terikat dengan baptisan. Bila ruang-ruang keluarga, ruang-ruang sekolah, ruang-ruang public pemerintahan diwarnai oleh injil, karena diberitakan dan diwujudkan oleh misionaris yang diutus ke dalamnya, rasanya negeri kecil yang salah urus itu akan bergerak dari Lembah Tangisan menuju bukit bahagia; bahagia bagi mereka yang lapar, bahagia bagi mereka yang miskin; bahagia bagi mereka yang menangis; bahagia bagi mereka yang berdukacita.