TOE NGANCENG GERENG, KRAENG HO’O, Toe diwale tombo diha

Oleh: P. Yosep Bala Makin, SVD

Ketika itu, dia mendengarkanku dengan saksama. Dia mencermati kalimat-kalimatku dengan baik. Dia sangat mengerti maksudku dan perjalanan imamat ini yang akan saya jalani nanti, dan sedang saya jalani ini. Dia mengerti bahwa saya sedang memikul sebuah beban berat yang tidak dapat dipikul oleh orang lain. Dia menarik napas. Saya melihat lehernya bergerak dan mendengarkan bunyi napasnya. Saya memperhatikan dan mendengarkan napasnya. Saya tahu dia hendak mengabarkan sesuatu yang baik yang bisa membuat saya kuat dan berjalan lebih pasti. ”Penundaan itu bukan pengalaman neraka. Panggilan itu bukan neraka,” kata beliau memulai pembicaraanya. ”Tak perlu ikut-ikutan dengan yang lain. Kamu boleh satu angkatan tetapi tidak harus ditahbisakan pada tahun yang sama,” kata-kata yang sungguh menguatkan saya pada kesempatan saya beraudiensi dengannya. Ketika itu, beliau baru saja diangkat menjadi ketua STFK Ledalero. Mungkin saya sebagai orang pertama dari sekian banyak frater yang bertemu dengan beliau dalam urusan sekolah dan panggilan, di kantornya. Pengalaman saya bertemu dengan beliau menjadi konsumsi yang enak bagi tujuh (7) teman lain yang mengalami nasib yang sama, tertunda tahbisan diakon.

BACA JUGA:
Viridiana Álvarez: Perempuan Tercepat Penakluk Tiga Puncak Tertinggi Di Dunia
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More