Engkau Tahu:  Anak Boba Ingin Makan Roti

Oleh: Yosep Bala Makin, S.Pd

Narasi motto imamatnya mengajak kita dan umat yang pernah dilayani untuk setia dengan kode etik yang menyadarkan bahwa kekuatan itu tidak boleh dicemari. Sebagai contoh terungkap dengan goét Manggarai, yakni kode etik yang berbasis kata ”néka”: néka do pandé ndékok, néka sale néka wédi cépi, néka caing wéki asi, caing watu géndang, néka baés agu dédék, néka nggétit kamping jari eme baeng agu dedek. Penghayatan kode etik imamat adalah tanda cinta kepada sesama dan itu adalah tanda kehadiran Allah.

Yubilaris telah menghadirkan Allah yang penuh kasih itu di paroki dan di panti asuhan Wae Peca ini. Maka untuk yubilaris, agama bersentuhan langsung dengan keindahan alam dan harmoni dengan sesama. Allah dalam ziarah yubilaris adalah Allah yang mengosongkan diri-Nya dan menyatu dengan manusia. Nasehat Kitab Suci mesti didengar dalam rintihan pilu anak panti yang kehilangan orang tua dan sanak saudara. Maka yubilaris menolak dengan tegas ”kecenderungan narsis”.

Yubilaris berangan dengan terang benderang beralih dari kecenderungan antroposentrisme menuju biosentrisme. Ia bernasar untuk tetap mengikuti seruan leluhur artinya menjaga keutuhan ciptaan: tana dédék dé mori mésé (tanah ciptaan Tuhan mahabesar), tana pandé dé mori kraéng (tanah hasil karya Tuhan Allah), tana wintuk de mori jari (tanah pemberian Tuhan pencipta), tana randang dé mori ngaran (tanah baru pemiliknya Tuhan), nusa lalé papé dé morin, nusa wéla séla démorin.

BACA JUGA:
TA ON DUC ME
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More