Memelihara Citra Allah di Pasar Kehidupan
Matius memulai kisahnya dengan menampilkan seorang tuan kebun anggur yang mencari dan menadapatkan pekerja kebun anggur. Para pekerja pertama ini bekerja pukul 6.00 pagi, dengan upah sedinar sehari, yang ditandatangani dalam perjanjian kontrak. Persoalan muncul karena ternyata upah mereka sama dengan upah para pekerja yang bekerja pada pukul 9.00, 12.00, 15.00 dan 17.00. Kata Yesus, para pekerja yang kemudian ini dicari oleh tuan kebun anggur di pasar. Di pasar itu, mereka menganggur, tak ada masa depan kehidupan, sebab tak ada upah yang mereka terima untuk menopang hidup mereka. Sang tuan karena kemurahan hati berinisiatif untuk mencari mereka, menawarkan kebaikan, dan ditanggapi oleh para penganggur ini. Kemurahan hati yang ditanggapi membawa hasil. Para pekerja ini walau tak ada perjanjian kontrak dan bekerja dengan limit waktu yang tak lama, dibayar satu dinar. Upah mereka dibayar karena kemurahan hati sang tuan.
Cara pengupahan ini menimbulkan demo dari para pekerja pertama karena dirasa tidak adil, namun sang tuan menunjukkan perjanjian kontrak. Ia setia pada perjanjian. Sedangkan upah para pekerja kemudian bukan urusan kontrak; itu berdimensi kemurahan hati sang tuan, dan tak ada sangkut pautnya dengan hak pekerja pertama.