Lembata: Lembah Tangisan

Kapabilitas nihil credibilitas akibat hilang spiritualitas selalu mendatangkan tertawa untuk diri sendiri dan tangisan untuk masyarakat public.  Mentalitas orang-orang seperti ini selalu merusak, karena mereka bekerja tanpa citarasa, tanpa kepekaan, sekedar melampiaskan hawa nafsu pribadi, bagai anak-anak di pasar yang tak menari walau telah ditiup seruling, tak menangis walau telah dimadahkan kidung duka.

Kedua, Nafsu Kuasa. Munculnya figure Herodes dalam pekan ini, yang memperlihatkan sosok nafsu kuasa tak terkendali, sehingga mengorbankan Yohanes Pembaptis, boleh jadi kini sedang bermetamorfosa dalam diri orang-orang penting Lembata, entah itu dari seorang suami kepada istri, bapa kepada anak perempuan, guru kepada murid, kepala dinas kepada anggotanya, bupati kepada bawahannya, maupun DPRD kepada konstituennya. Benar apa yang dikatakan Lord Action, power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely (kekuasaan cenderung korup dan kuasa mutlak melahirkan korup secara mutlak). Apakah kasus Awalolong, Wei La’in, kekerasan rumah tangga, kehamilan anak-anak di bawah umur, dll; yang sedang mewabah dan menyeret Lembata ke Lembah Tangisan disebabkan oleh hadirnya Herodes-Herodes itu? Tidak diketahui pasti. Yang jelas nafsu kuasa dan memutlakkan kuasa selalu mendatangkan bencana dan korban. Korupsi yang beranakpinak, kekerasan yang berstruktur selalu berakar dari nafsu kuasa itu.

BACA JUGA:
Duc in Altum: Menuju Komunitas Perjuangan, Merawat Kehidupan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More