Lembata: Lembah Tangisan

Dan oleh karena itu, sebuah pertanyaan yang menganggu budi di ujung ziarah hari ini, ketika sejenak berhenti melihat jejak ziarah pekan ini, adalah mengapa nusa Lembata bergerak menjadi Lembah Tangisan?  Apakah di sana berhimpun orang yang tak lagi memiliki hati nurani dan kepekaan, bagai anak di pasar, yang tak lagi menari walau ditiup seruling dan tak lagi menangis walau dikidungkan nyanyian duka?

Entahlah! Namun meneropong Lembata Negeri Kecil Salah Urus, dengan lensa Injil pekan ini, saya menduga ada hubungan tali temali antara gema injil pekan ini dan perilaku hidup orang-orangnya, sehingga  pada akhirnya membelit Lembata dan menjerumuskannya menuju Lembah Tangisan.

Pertama,  soal mentalitas. Rasanya mentalitas pekerja pertama yang berlandaskan perjanjian kontrak, sehingga membentuk pribadi-pribadi “orang upahan” tanpa ditopang oleh iman yang dimiliki pekerja yang kemudian, sebagaimana digemakan Injil hari Minggu yang silam; atau mentalitas anak sulung yang berkata ya saat berjanji di hadapan bapa, namun tak melakukan apa-apa, yang digemakan Injil Minggu ke XXVI, lagi mewabah di kalangan oknum yang biasa disebut sebagai pelayan publik itu. Sebab parameter sahnya seseorang sebagai pelayan public di negeri ini selalu dilihat dari dua ritus, yakni angkat sumpah untuk berkata ya, seperti anak sulung dan penandatanganan kontrak, semacam memorandum of understanding, seperti pekerja pertama, yang dua-duanya selalu disaksikan oleh pemimpin agama. Dengan demikian, Lembata menjadi negeri kecil salah urus, sejatinya bukan karena kelemahan managerial, karena orang-orang yang terpilih diyakini memiliki kapabilitas yang mumpuni, melainkan karena mentalitas verbalistik dari para pelayan public di setiap anak tangga, sehingga dengan sadar mengingkari isi kesepakatan yang mengandung nilai luhur bonum communae, yang telah ditandatangani dalam kontrak dan telah dikatakan ya dalam sumpah jabatan.

BACA JUGA:
Memaknai Sakit dan Menjadi Kudus Ala Remaja Milenial Carlo Acutis
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More