Lembata: Lembah Tangisan
Oleh : Poya Hobamatan
Ketika berhenti sejenak menenun jejak ziarah di akhir pekan hari ini, sebuah kenangan yang tak pernah terlupakan menyembur bagai magma; kenangan tentang sabda profetis seorang nabi yang kini uzur termakan usia. Kini ia menyepi sunyi di sebuah paroki terpencil di Tanah Timor; tanah yang tak hanya melahirkannya sebagai seorang gembala melainkan pula tempat yang membentuknya menjadi seorang nabi. Dia itu adalah Mgr. Antonius Pain Ratu, SVD.
Pagi nan cerah. Langit tak berbusana membuat lembah Betun dihujani peluru kristal, menembus pepohonan rindang, seakan ingin mengabadikan madah yang tak pernah lekang “Timor Lorosae”. Hari itu, Kamis, 21 September, 2005, pada Pesta St. Mateus Rasul dan Penulis Injil, saya menginjakkan kaki di Betun-Kabupaten Belu, untuk menyaksikan 30-an Diakon yang akan dikonsekrasikan menjadi imam. Saya hadir pada moment yang sangat sakral itu, karena salah satu dari calon yang akan diurapi menjadi imam Tuhan itu adalah keponakan saya, RD. Paulus Bapaq Hobataman.