Hoc Est Enim Corpus Meum (Inilah Sungguh Tubuh-KU)
Perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid yang dirayakan pada kamis putih malam ini adalah antisipasi mysteri paling agung dari korban diri-Nya. Inilah sungguh Tubuh-KU. Totus tuus penyerahan diri Kristus yang tetap mysteri. Skenario keselamatan ini dibalut apik dalam keteladanan membasuh kaki para murid, ajaran saling melayani. Kalau Aku Tuhan dan Gurumu membasuh kakimu, maka hendaklah kamu juga saling membasuh kaki satu sama lain. Sebuah perkara terberat soal kerendahan hati ketika kalkulasi gengsi, harga diri dan jabatan diagungkan. Inilah moment Yesus menetapkan Ekaristi sebagai perjamuan keselamatan yang akan benar – benar Ia penuhi pada mysteri sengsara dan wafat-Nya. Ujian iman paling krusial, keputusan ambigu diperhadapkan, tetap setia atau memilih bersekongkol dengan para anti Kristus demi kenyamanan? Korban jenis ini nampaknya kian melemah dalam penghayatan abad ini. Daya pewartaan semakin tergerus arogansi manusia, tercampak pada dikotomi ucapan dan tindakan. Namun Yesus Sang Penyelamat tersalib tak pernah henti menawarkan “Hoc Est Enim Corpus Meum”. Tubuh dan Darah yang Ia persembahkan penuh rasa optimis, bahwa umat-Nya diselamatkan hanya atas cara demikian. Sebagaimana di puncak gunung Yesus mengubah mindset Petrus, Yakobus dan Yohanes soal kemuliaan Tabor dan penantian Golgota, mysteri itulah yang hendak tandaskan secara paripurna saat ini, teguhkan iman, jauhkan segala kegelisahan karena kemenangan mengalahkan dosa dan maut akan terbit pada kemuliaan PaskahNya.