Jika dikorelasikan dengan kekuasaan umumnya dan kekuasaan politik, maka, Golgota seakan menjadi simbol kenikmatan, simbol kemapanan kekuasaan yang rakus. Semacam sebuah kenikmatan, kalau sudah berada di “puncak” (kenikmatan), lupa untuk turun. Spiritualitas Golgota direduksi menjadi ekstasi kekuasaan.
Bertolak dari kecenderungan reduksi atas Spiritualitas Golgota menjadi ekstasi kekuasaan, maka perlu ada harapan dan transformasi baru dalam kekuasaan umumnya dan kekuasaan politik. Menggali Spiritualitas Golgota : pengorbanan, kepasrahan dan kesetiaan pada kebenaran dalam pelayanan mesti menjadi model harapan dan transformasi kekuasaan. Singjatnya, perlu ada “move on” kekuasaan. Move on dimengerti sebagai sebuah daya upaya untuk keluar dari keterikatan dan kemapanan yang sulit dilupakan dan dilepaskan. Melakukan “move on” kekuasaan, berarti melepaskan diri dari kekuasaan yang mapan demi kepentingan bersama. Spiritualitas Golgota : pengorbanan, kepasrahan dan kesetiaan pada kebenaran, kiranya menjadi model “move on” kekuasaan yang arogan. Sebab, esensi dari kekuasaan adalah pelayanan. Sudahkah anda “move on” dari kekuasaan ?