Dari Kapur ke Klik: Bagaimana Teknologi Mengubah Paradigma Pendidikan Global (Bag.I)

Oleh: Hans Chandra, Guru Penggerak & Aktor Awan Penggerak

 

Namun, di balik manfaat besar yang dibawa oleh teknologi, muncul tantangan signifikan yang tidak dapat diabaikan. UNICEF memperkirakan bahwa masih ada sekitar 463 juta anak di seluruh dunia yang tidak memiliki akses ke alat atau infrastruktur untuk pembelajaran jarak jauh, menunjukkan adanya kesenjangan digital yang signifikan. Kesenjangan ini terutama terjadi di negara-negara berkembang, di mana akses terhadap internet dan perangkat digital masih terbatas. Kondisi ini mengancam untuk memperluas ketimpangan pendidikan antara yang memiliki akses ke teknologi dan yang tidak.

 

Selain masalah akses, resistensi terhadap perubahan juga menjadi hambatan besar. Beberapa pendidik dan institusi masih merasa lebih nyaman dengan metode pengajaran tradisional, sehingga enggan beradaptasi dengan teknologi baru. Sementara itu, gangguan yang ditimbulkan oleh perangkat digital juga menjadi tantangan bagi siswa, seperti gangguan dari media sosial atau aplikasi hiburan yang dapat mengurangi fokus mereka dalam belajar. Sebuah survei dari Common Sense Media pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 50% siswa sekolah menengah di Amerika Serikat melaporkan bahwa penggunaan teknologi di kelas sering kali terganggu oleh aktivitas non-akademis.

BACA JUGA:
Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045 (Sebuah Refleksi)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More