Agama dan Kemanusiaan

Demi menegakkan agama sebagai jalan transformasi itu, maka di ujung ziarah hari  ini, Yesus mengingatkan siapa saja untuk tidak sekedar memusatkan diri dalam perilaku ritualistic artifisial, kendati itu penting, melainkan ber-duc in altum untuk menancapkan pendulum  kehidupannya pada perkataan-perkataan Tuhan (Sabda Allah), dengan mendengar, memamah, mengendapkan dan melaksanakannya dalam hidup, kendati penuh perjuangan. Sebab kesaksian hidup beragama yang manusiawi, hanya  lahir dari proses internalisasi  Sabda Allah, bukan dari proses ritual agama. Ritual agama hanyalah tubuh  untuk menegaskan identitas, sebaliknya internalisasi Sabda Allah  itulah  jiwanya. Ritual minus  spiritual hanya akan menghasilkan  manusia mummi, sebaliknya spiritual minus ritual hanya menciptakan manusia hantu. Manusia beragama hendaknya merupakan keutuhan dari ritual yang berspiritual dan spiritual yang beritual.  Bila  hidup beragama merupakan sebuah integrasi spiritual-ritual maka agama menjadi lembaga formatio yang menghasilkan insan-insan yang manusiawi. Agama bagai pohon dan kesaksian hidup pemeluknya adalah  buahnya.

BACA JUGA:
Mempersiapkan Generasi Tangguh
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More