Agama dan Kemanusiaan
Cara pandang baru atas manusia demi membangun panorama kehidupan baru yang manusiawi itu dimaklumkan Yesus hari Rabu. Kalau dalam agama yang lama, manusia yang miskin, lapar, menangis, dan tercela dianggap sebagai kaum terkutuk dengan nasib celaka, sedangkan manusia yang kaya, kenyang, tertawa dan dipuji dianggap sebagai kaum berahmat dengan nasib bahagia, sehingga tercipta jurang kehidupan yang begitu lebar antara bahagia dan celaka, kutuk dan rahmat, dosa dan saleh, dengan akibat relasi antar manusia menjadi sangat tidak manusiawi; tidaklah demikin maklumat Yesus dari bukit pada hari Rabu yang silam. Dari bukit, Yesus justru memaklumkan sebuah panorama kehidupan yang berbeda: yang miskin, lapar, menangis, dan tercela disebutnya berbahagia. Sebaliknya mereka yang kaya, kenyang, tertawa dan dipuji disebutnya celaka, bila agama dan hidup beragama sekedar dijadikan sebagai jalan untuk memapankan sikap dan perilaku hidup yang diskrimintaif dan dehumanisasi; bukan jalan untuk bertumbuh menuju hidup manusia yang manusiawi.