Waspada terserang rabun membaca tidak sebatas pengenalan akan aksara. Tidak juga sebatas bisa mengenal aksara dan membaca dengan lancar kata demi kata. Kewaspadaan kita terserang rabun membaca tentunya lebih kepada semangat yang terpelihara baik dalam membaca buku untuk mendapatkan informasi-pengetahuan. Untuk zaman ini tidak sekadar bisa membaca. ’Membaca’ sebagai salah satu keterampilan seharusnya semakin membudaya hingga dapat diperkirakan berapa jam sehari untuk aktivitas membaca dan sudah berapa buku yang dibaca dalam sebulan atau seminggu. Semangat membaca yang berkembang menjadi suatu kegemaran untuk mendapatkan informasi-pengetahuan itulah yang perlu diwanti-wanti. Kegiatan membaca tidak sekadar bisa mengenal huruf, membaca kata, frase, klausa, dan kalimat tetapi membaca dengan pemahaman sebagai suatu keterampilan yang berimplikasi kepada sebuah pengolahan informasi-pengetahuan secara baik dan benar.
Era digital sedang menggeliat seru seiring dengan eforia dunia digital. Era digital sudah mengglobal hingga memengaruhi seluruh sendi kehidupan manusia sebagai masyarakat dunia pada umumnya. Dengan sangat mudah informasi berseliweran di seluruh belahan dunia. Mudah saja mendapatkan informasi serta mudah juga menyebarkan informasi ke belahan dunia lain. Tukar-menukar informasi dan tukar-menukar ide di zaman digital seakan menjadi santapan lezat kapan saja dan di mana saja. Sambil minum kopi pagi, kita bisa berkeliling dunia melahap berita pagi dari sumber-sumber yang menyebutkan dirinya lebih terpercaya dan seimbang dalam pemberitaan dan lebih akurat dan jitu dalam ulasan. Tak ada istilah ketinggalan informasi. Istilahnya, masyarakat dunia digital selalu meng-up date informasi dengan lebih cepat yang berarti kemajuan-kemajuan terbaru dalam dunia ilmu pengetahuan mudah terbaca dan tertanggapi.