Saat saya diberi tasbih Rosario itu, dalam hati muncul pertanyaan sekaligus rasa takjub: seorang Brigadir Jendral membuat tasbih? Bukankah di puncak-puncak karir seperti itu, peluang untuk menebarkan profesi ke bidang-bidang lain sangat terbuka? Untunglah pertanyaan-pertanyaan itu segera terjawab saat mengikuti kisah hidup Brigjen Anton yang ditayangkan di layar lebar. Tayangan itu menyadarkan saya bahwa rasanya kisah-kisah hidupnya itu, yang ikut ia rangkai saat tangannya memasukkan biji-biji tasbih ke dalam satu kawat ke kawat berikut, sehingga lima peristiwa Rosario juga menyatukan setiap peristiwa hidupnya.
Itulah sebabnya, dibandingkan dengan Rosario lain, tasbih Rosario bapa Anton Enga mempunyai tempat di hati saya, karena bukan hanya menggambarkan peristiwa Yesus dan Maria, tetapi juga hidupnya sendiri yang ia baktikan kepada Yesus dan Maria secara konsisten dalam setiap peristiwa yang ia jalani dan ia hadapi, entah gembira, entah sedih dan juga dalam kemuliaannya bersama Yesus dan Maria saat ini di surga.