Salib, Ketulusan Menderita

Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero; Tinggal di Labuan Bajo

Seandainya Yesus menolak hukuman salib yang ditimpakan pada-Nya, sudah pasti salib masih tetap sebagai simbol penderitaan, dalam arti yang paling ekstrim dan negatif, yakni kesengsaraan, duka-nestapa, kemalangan, keputusasaan, dan segala jenis keburukan dalam pelbagai rupanya, hingga saat ini.

Statusnya sebagai lambang yang menghadirkan malapetaka dan kemalangan tidak berubah. Bahkan sampai detik ini pun sebagian orang masih berpikir demikian, termasuk umat kristiani. Sejarahnya sendiri berbicara demikian dalam imperium Romawi.

Hukuman salib adalah pelaksanaan hukuman mati yang paling kejam, brutal, sadis dan tidak berperikamanusiaan. Dikatakan sadis, kejam karena orang yang mendapat hukuman ini harus melewati penyiksaan, penganiayaan mulai dari yang paling ringan sampai yang terberat hingga berujung kematian.

Umpatan, caci-maki, sumpah serapah, fitnah, celaan, tuduhan dan segala macam bahasa yang bernada kutukan ada di dalamnya. Tindakan kekerasan fisik pun turut menyertai. Singkat kata, kekerasan verbal dan fisik dialami oleh korban entah secara serentak ataupun silih bergati.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More