Rare Earth Elements (REE) & Rencana Tambang Gamping Di Kab. Matim
Oleh: Servas Pandur (Direktur Risk Consulting Group [RCG], Jakarta)
Menurut Earth Observatory-NASA (2004), para arkeolog dan biologi dari puluhan negara, telah tertarik pada Pulau Flores dan sekitarnya selama beberapa waktu karena zona Pulau Flores dan sekitarnya terpisah fisik dan ekologis selama 2,6 juta tahun terakhir dari lempengan raksasa Asia. Karena zona ini tumbuh sendiri terpisah dari perut Bumi. Maka bisa disebut : “Pulau Jurassic”.
Pulau Flores, tidak seperti Pulau Sumatera, Jawa, dan pulau-pulau lain di NKRI yang memiliki “land bridges” dengan lempengan Asia atau Australia. Maka UNESCO menyebut zona Komodo, Rinca, Padar, Flores dan sekitarnya adalah kawasan ‘shatter belt’ dan ‘the center of Indonesian Archipelago’. Intelijen ilmiah (scientific intelligence) semacam ini, harus diketahui oleh Pemkab. Matim dan Pemprov. NTT agar tidak gegabah dan keliru mengizinkan aliran investasi tambang ke zona Flores, Timor, komodo, Rinca, Padar, dan sekitarnya di NTT.
Earth Observatory-NASA (2004) juga menyebutkan bahwa seluruh jenis fauna dan flora berkarakter Asia dan berkarakter Australia, terputus di kawasan Flores dan sekitarnya. Maka tidak ada harimau Sumatera, misalnya, di seluruh kawasan timur NKRI (Sulawesi, Maluku, dan Papua). Zona Flores dan sekitarnya adalah titik-awal dan patokan garis bio-geografi ‘Garis Wallace’ dari ahli bio-geografi Alfred Wallace asal Inggris dalam karyanya The Malay Archipelago (1869).