Kreatifitas Pemuda Yatim-Piatu di Toto Ninu Cafe Desa Wisata Wae Lolos

Kreatifitas Pemuda Yatim-Piatu di Toto Ninu Cafe Desa Wisata Wae Lolos

Toto Ninu Cafe menjadi rest area para milenial berekspresi di Desa wisata “Seribu AircTerjun” Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Foto : Robert Perkasa

 

SANO NGGOANG, Pojokbebas.com- Ignasius Musa (27 tahun). Pemuda yatim-piatu. Tangisan pertamanya berkabut duka. Banjir air mata. Menangisi ibunya Maria Avila yang terbujur kaku di samping bayi laki-laki yang baru lahir itu. Bayi mungil  itu pun hidup yatim sejak hari pertama dilahirkan. Sedih!

Mus, ia akrab disapa.  Lahir 28 Maret 1995 di lembah anggun Kampung Rangat, Desa  Wisata “Seribu Air Terjun” Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Mus, anak bungsu dari tiga bersaudara. Buah hati pasutri Hermanus Adi dan Maria Avila (almarhum). Ibunya berasal dari Kampung Rungkam, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng.

Dua saudari kandungnya Yuliana Jeny dan Anastasia Nafsia (sudah berumahtangga). Ketika ibu mereka meninggal dunia, Jeny masih berusia 5 tahun, Nafsia (3 tahun) dan Mus berumur 1 jam).
Ayahnya tertimpa lakalantas

BACA JUGA:
Penyimpangan Dana Desa Bari Tahun 2018-2021 Sebesar Rp482.961.508,47
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More