Diskusi Kewarganegaraan, Agama, dan Politik Identitas, Musdah Mulia: Kita Harus Berani Speak Up
Sementara Khoirul Muqtafa, mengutip Friedman, bahwa identitas dan kewarganegaraan kerap kali diposisikan diametral, atau saling berhadapan. Antara identitas yang cenderung partikular, dengan kewarganegaraan yang diasosiasikan sebagai sesuatu yang universal. Kewarganegaraan melampaui sekat-sekat primordial seperti etnisitas, agama, hingga kelompok kebudayaan.
“Agama adalah transendental, kewarganegaraan profan, bahkan beberapa kalangan menurut Turner (2022) agama dan kewarganegaraan adalah musuh bebuyutan. Di sisi lain, agama juga dianggap memberi modal pada pengembangan kewarganegaran yang inklusif. Alasannya, agama melampaui ikatan primordial seperti etnik, tradisi, dan sebagainya.” kata peneliti PMB BRIN tersebut.
Selain itu, Musdah menyoroti peran pemuka agama dalam mencerahkan umat beragama dengan mengedepankan literasi agama dan interpretasi yang mengarah ke hal-hal yang bersifat positif bukan yang negatif.
