
Perjalanan ini sungguh indah, bagai seorang seniman derama menampilkan permainan seni panggung, namun penuh rintangan di tengah perjalanan yang pasti terantuk pada batu dan terhempas pada kerikil-kerikil tajam. Bak perjalanan seorang musafir yang tak pernah letih, lesuh. Pasti mengalami haus dan lapar. Tidak kendor dan tidak patah semangat. Tak terasa sudah sampai di titik ini, diisi dan dijalani dengan penuh lika liku dan terjal, namun tetap semangat agar bisa mencapai titik finish dalam proses perjalanan dan berkarya. Untuk apa? Untuk mengisi hidup ini dengan perjuangan yang tiada henti bagai seorang musafir, mewartakan kebenaran dalam ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang patut diteladani bagi sesama profesi. Di samping itu, untuk membahagiakan sesama anak bangsa yang melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ini. Ada sebuah moto yang barangkali cocok untuk direfleksikan bagi sesama profesi, yaitu “ Primus inter Pares” artinya mendahului bagi yang lain. Dalam arti selalu tampil dengan penuh disiplin lebih baik dari kemarin dibanding hari ini, di tempat kerja. Hadir tepat waktu di sekolah dan di kelas. Kalau terlambat perlu refleksi dan tidak untuk menyalahi sesama profesi. Selain itu, untuk melaksanakan amanat tanggung jawab sang ilahi lewat kepercayaan yang dipikul dan diberikan oleh orang-orang yang merasa dipercayai dalam mengemban tugas dan tanggungjawab yang mulia ini. Kalau sudah sampai pada titik finish pengabdian akan diserahkan kembali kepada sang pemilik kepercayaan. Karena itu hanyalah tempat persinggahan sementara, bukan milik kekal. Banyak orang yang menungguh di singgah sana hanya waktu jualah yang membatasinya bagi perjalanan seorang musafir ini.