Euforia Menyambut Kurikulum Baru atau Baru Kurikulum

Oleh Fardinandus Erikson, Peminat Karya Pendidikan

Pendidikan, pengajaran dan pembelajaran bisa terjerumuspada apa yang disebut ”instrumentalisasi karakter”. Konsep ini  mengacu pada penggunaan atau pemanfaatan nilai-nilai karakter (seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, empati, kuasa, kompetensi, profesionalisme, dan sebagainya) sebagai “alat” atau “instrumen” untuk mencapai tujuan tertentu, seringkali dalam konteks yang lebih pragmatis atau fungsional. Dalam pengertian ini, karakter bukan dilihat sebagai nilai intrinsik yang harus dikembangkan untuk kebaikan pribadi atau moral, tetapi lebih sebagai sarana untuk mencapai sesuatu, seperti kesuksesan sosial, ekonomi, atau politik.Kebijakan pendidikan yang mestinya menjadi  kebijakan politikkesejahteraan lahir dan bathin, pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,  tetapi justru  masuk kepada  Kebijakan politik proyek . Ganti Cover tapi isi bukunya sama, ganti sistematika kurikulum tetapi penguraiannya juga sama. Ada sekolah unggul, sekolah berstandar internasional, sekolah zonasi, ada sekolah  penggerak, ada relawan, ada ujian nasional ada ANBK, ada sulingjar. SMA rasa SMK sebaliknya SMK rasa SMA.  Pokoknya ada semua sebelum diganti. Ini namanya Politik proyek bukan proyek politik. Politik proyek mengarah kepada Unsustainable-diskontinuitassedangkan Proyek politik mestinya menjadi  sustainable-kontinuitas.

BACA JUGA:
Politik Makhluk Halus
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More