Budaya Egaliter : Habitus Baru Merajut Kedamaian di TTU

Oleh : RD. Paul. B. Hobamatan

Budaya egaliter
RD. Paul. B. Hobamatan | ket foto istimewa

Hajatan demokrasi Pilkada serentak tersisa duabelas hari lagi. Seluruh tahapan yang terlewati tidak saja menyisahkan kejenuhan oleh karena terkurasnya daya diri para hunter politik, tetapi juga meninggalkan fanatisme dalam diri timses berikut simpatisan yang siap berkompetisi di bawah label demokrasi.

Masyarakat pada level akar rumput dimobilisasi dengan trik bujuk rayu untuk sedapat mungkin terpukau memandang segala bentuk transaksi hingga perkelahian para elit sebagai sebuah pesta. Sementara para petarung secara transparan melangkahi semua etika normatif yang disyaratkan demi perpolitikan yang dewasa, termasuk mengabaikan protokol kesehatan covid 19.

Maka benar problem akut yang diantisipasi oleh Farouk Muhamad dalam kompas, 25 Januari 2019, bahwa ruang politik kita tidak menyentuh substansi perpolitikan, tetapi lebih berkutat soal hoaks, ujaran kebencian, saling serang dan kecam.

BACA JUGA:
Membangun Spiritualitas Arnold Yanssen
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More