Berziarah Dalam Cahaya Injil
Ketiga, berziarah bersama Injil hendaknya menjadi keutamaan kristiani, karena hidup ini hanyalah sebuah ziarah untuk menyongsong kedatangan Tuhan. Dan oleh karena itu berziarah bersama injil menolong siapa saja untuk tidak tertutup kepada Yesus dalam keangkuhan sebagaimana dilakoni kaum farisi dan ahli taurat, sebaliknya justru membentuk seseorang untuk selalu memaknai hidup sebagai saat berjaga-jaga menyambut kedatangan Tuhan yang tak disangka-sangka, seperti seorang hamba; seperti gadis-gadis bijaksana, yang dikumandangkan hari Kamis dan Jumat kemarin. Kesiagaan seorang hamba dan kesiapan para gadis bijaksana memperlihatkan betapa Tuhan memiliki otoritas penuh dalam hidup, serentak mengingatkan siapa saja bahwa hidup ini sementara. Manusia hanya punya hak pakai atas hidup tetapi bukan hak miiknya. Dan oleh karena itu setiap saat hidup itu bisa diambil oleh yang empunya serentak meminta pertanggungjawaban atasnya.
Salah satu sosok yang menenun hidup dalam terang injil adalah St. Yohanes Pembaptis. Wafatnya dipestakan hari ini. Ia dipenggal kepalanya, sebagai konsekwensi dari kelurusan, kejujuran dan ketidakmunafikannya. Ia dipenggal kepalanya, karena kesetiaannya pada Kristus yang ia kenal secara personal di tengah arogansi kekuasan yang menghalalkan perselingkuhan. Ia memang dipenggal kepalanya, namun kematiannya sebagai martir memperlihatkan kesiapannya dalam memaknai dan mempertanggungawabkan hidup sebagai seorang hamba. Kepalanya mungkin telah memuaskan Herodias dalam pesta ulang tahun Salome anaknya. Namun totalitas hidupnya telah mengantarnya masuk dalam perjamuan Kerajaan, karena pelita imannya tak pernah padam, sebagaimana 5 gadis bijaksana.