Berziarah Dalam Cahaya Injil
Oleh karena itu berziarah bersama Injil hendaknya menjadi keutamaan, agar pengenalan kita terhadap Yesus juga bertumbuh secara personal, tidak sekedar berdasarkan kata orang. Inilah pedagogy Filipus kepada Bartolomeus yang skeptic dengan eksistensi Yesus. Berhadapan dengan Bartolomeus (Natanael) yang skpetis, Filipus tidak berjuang untuk meyakinkannya dengan sejumput ajaran, melainkan membawa sang skpetis itu ke pusat injil, yakni Yesus: Mari dan Lihatlah. Dan ketika berhadapan muka dengan Tuhan, bertumbuhlah iman personal Bartolomeus: Engkau Anak Allah; Engkau Raja Israel,sebagaimana dilansir hari Senin silam.
Kedua, berziarah bersama Injil hendaknya menjadi keutamaan kristiani, agar kita ditolong untuk mengikuti Yesus dalam karakter sebagai murid dan bukan sebagai kaum farisi dan ahli taurat. Kondisi dunia yang tak lagi malu untuk menghalalkan cara, termasuk wajah hidup beragama yang kembali menggebu-gebu melakoni pola hidup farisi dan ahli taurat, seakan mendesak siapa saja yang mengimani Kristus untuk menjadikan injil sebagai pedoman dalam membangun hidup yang lurus dan jujur; pedoman dalam membentuk spiritualitas kristiani. Paling kurang injil memberi insight dalam setiap lintasan peristiwa hidup bahwa kemunafikan hanya menciptakan kecelakaan, dan hal-hal lahiriah hanyalah aksesoris; sekedar trik tipuan ala para pesulap, bagai kubur, yang diluar dilabur putih tetapi di dalam penuh kebusukan dan kotoran, sebagaimana kecaman Yesus pada hari Selasa dan Rabu yang silam.