Berziarah Dalam Cahaya Injil
Oleh : Poya Hobamatan
Kita berada di batas akhir ziarah dalam etape ke XXI, setelah sepekan menenun jejak ziarah dalam terang injil, penuntun dalam perjalanan dan cahaya dalam ziarah kita menuju Bapa.
Merenung dan memamah injil dalam ziarah sepekan ini melahirkan kesadaran, yang mungkin terlupakan oleh sebagian orang, bahwa menenun ziarah dalam terang injil haruslah merupakan keutamaan seorang kristiani. Pentingnya berziarah dalam cahaya injil, dalam panorama biblis yang dikumandangkan pekan ini, karena 3 alasan fundamental.
Pertama, ziarah hidup kita di dunia tak jauh berbeda dengan ziarah Yesus bersama para murid di awal ziarah, hari minggu yang silam. Sebab ziarah hidup kita saat ini, di tengah arus pemikiran kontemporer, bagai ziarah ke Kaiserea Filipi. Dalam kondisi seperti itu, bila injil tidak menjadi pedoman dalam ziarah hidup kristiani, sehingga kita hanya berziarah dengan kadar pengenalan akan Yesus berdasarkan apa yang kita dengar dari orang, minim pengalaman personal dengan-Nya karena tak sanggup menjawab pertanyaan menurut kamu siapakah Aku, maka hanya satu kemungkinan yang bisa ditebak yakni kita mengimani Allah yang tidak kita kenal. Inilah makna yang terliar dari istilah iman KTP, dengan segala resiko buruk yang dihasilkannya.