Memelihara Citra Allah di Pasar Kehidupan
Oleh : Poya Hobamatan
Sebuah doa pendek spontan menyeruak dari kedalaman jiwa, seakan melampiaskan syukur tak terbendung, ketika sejenak berhenti dalam keheningan untuk meneropong jejak ziarah sepekan, yang diawali oleh kisah pengampunan Minggu ke XXIV yang silam, dan kisah kemurahan hati yang dikumandangkan Minggu ke XXV. Sangat pendek doa ini:” Tuhan Engkau begitu baik”. Hanya itu.
Betapa tidak! Minggu yang silam, ketika Petrus begitu lapar untuk membalas dendam, sehingga memberi ultimatum kepada Yesus, cukup tujuh kali mengampuni, Yesus segera memberi menu jawaban yang tak masuk akal bagi manusia:” tujuh puluh kali tujuh kali”, yang artinya tak ada limit waktu. Alasan Yesus, yang disajikan dalam perumpamaan hamba berhutang, sangat jelas yakni karena Allah Mahapengampun. Dan oleh karena itu setiap anak yang lahir dari gen Allah ini harus mewariskan jiwa dan watak yang sama.
Kemahapengampunan Allah, yang dihadirkan Minggu ke XXIV silam itu akan ditampilkan kembali dalam wajah lain, yakni Kemahamurahan hati Allah, yang disajikan dalam Injil hari Minggu ke XXV. Lagi-lagi melalui perumpamaan, Yesus menjungkirbalikkan logika manusia untuk memandang wajah Allah dan memahami pikiran-pikiran Tuhan, walau mungkin tak sanggup dijangkau oleh keterbatasan budi.