PRINSIPNYA, literasi lebih merupakan upaya pemberdayaan akal, akhlak dan peradaban manusia. Tanpa itu, manusia bisa sejajar dengan robot yang dikendalikan oleh mesin kontrol dan pada level yang lain, manusia sama dengan hewan (berotak tapi tidak berakal dan bernurani). Maka penting, demi akal, akhlak dan peradaban, manusia mesti melengkapi diri dengan variabel literasi : baca, tulis, dengar, bicara. Membaca adalah ikhtiar untuk mencari kebenaran melalui tulisan yang memberi arti tentang realitas secara nalaratif, argumentatif, teoritik dan logik. Aktivitas menulis terlahir sebagai sebuah upaya untuk mendefenisikan, memberi arti dan memberi nilai terhadap realitas dalam koridor nalaratif, argumentatif, teoritik dan logik. Sementara itu, mendengar adalah sebentuk menginternalisasikan informasi pelbagai nilai kebenaran yang diendapkan ke dalam ” neraca pertimbangan ” (nurani) untuk kemudian dikonfrontasikan dengan kerja akal yang memberi arti kepadanya. Dan berbicara, merupakan aktus memverbalkan nilai kebenaran terhadap realitas. Sederhanya, variabel – variabel literasi ini saling melengkapi secara korelatif.