Tradisi Pendidikan dan Karakter Anak Dalam Kearifan Lokal Kedang

Oleh: Emanuel Ubuq

Budaya minum Tuak (minuman dari pohon lontar) merupakan minuman adat khas Kedang yang rutin ada pada setiap acara kebersamaan. Anak-anak yang ditugaskan untuk melayani orang tua, biasanya duduk di tengah bale-bale bambu dalam Ebang(rumah adat khas Kedang).  Setiap pelayan harus lihai menakar ukuran minuman agar tidak tekor hingga penghabisan.

Keunikan khas Kedang dalam acara makan bersama, baik waktu pesta atau kebersamaan biasanya, adalah: memulai makan dan minum harus serentak bersama dan menghabiskan atau menyelesaikan minuman harus serentak pula (ka hama min hama, peling hama bunung hama).  Merupakan kelalaian dalam doktrin norma adat Kedang, jika seseorang dengan sengaja mendahului yang lain untuk memulai atau menghabiskan makanan dan minuman.  Keyakinan lama Kedang, melarang hal ini, karena dipandang sebagai tanda keserakahan dan ingat diri.

  1. A Uda Tin Doha, Nimon Oi Palan Kare(Etika Keramahan Dan Saling Berbagi)

Suku bangsa Kedang sangat terkenal dengan keramahannya.  Sikap khas ini, tidak saja pada sesama kerabatnya tetapi juga bagi semua orang. Orang tua Kedang menghayati bahwa, hidup penuh toleransi, ramah dan murah hati adalah kunci keharmonisan dan kedamaian. Kebiasaan a uda tin doha adalah karakteristik manusia yang murah hati. Orang Kedang akan merasa bersalah atau malu, jika tidak mengajak (doha) orang disekitarnya ketika mulai atau sedang makan. Setiap anak selalu diajarkan untuk mematuhi doktrin-doktrin sederhana ini.  Demikian juga tegur-sapa menjadi etika wajib bagi orang Kedang, apabila berpapasan dengan orang lain atau ada orang yang kebetulan lewat di depan rumahnya atau tempatnya berada saat itu. Budaya tegur-sapa (nimon oi palan kare) merupakan salah satu ciri khas masyarakat adat Kedang.  Orang Kedang meyakini bahwa, setiap orang adalah baik dan membawa rahmat(ate di’en) dan layak mendapat perhatian secara moral dan kasih persaudaraan.

  1. Ine Ame Binen Ma’ing, Eho’ Meker Kangaring (Etika Kekerabatan)
BACA JUGA:
DPD II Golkar Kab Manggarai Kirim Bantuan Untuk Korban Bencana di Flores Timur dan Lembata

Dalam struktur sosial, masyarakat Kedang mengenal beberapa status kekerabatan.  Keluarga dalam garis turunan ibu atau istri di sebut Ine ame. Dan keluarga dalam garis keturunan bapak atau suami disebut Ma’ing. Sedangkan jaringan keluarga yang terjalin karena ibu atau nenek seta bapak atau kakek bersaudara disebut eho’ meker kangaring. Setiap pemangku status kekerabatan ini, memiliki tugas, kewenangan dan hak nya masing-masing. Adapun status Ine ame atau keluarga dalam garis turunan ibu atau istri, merupakan pemangku yang paling disakralkan dalam hukum kekerabatan adat Kedang.  Setiap orang Kedang meyakini bahwa Ine ame adalah pengantara rahmat dari sang Pencipta. Doa dan restunya mampu membawa kemaslahatan bagi hidup kerabat Ma’ing nya. Wajib hukumnya kerabat Ine ame, harus dilibatkan dalam suka maupun duka.  Ketika dalam acara suka dan gembira, Ine ame akan memberikan restu dan doanya. Demikian pula ketika dalam duka, Ine ame wajib memberikan restu dan doanya lewat ritus akhir pemakaman. Ritus akhir ini, diyakini mampu melapangkan jalan menghadap sang Pencipta.

  1. Lia Namang Uri Sele (Budaya Seni dan Sastra Lisan yang Unik)

Kekerabatan yang kuat pada awal mula terbina lewat budaya seni, baik pantun, syair, dan tarian. Dialektika social komunitas Kedang menjadi indah karena dirajut dalam syair (uri sele).  Budaya seni yang unik dan satra lisan yang indah ini, kemudian menempatkan komunitas Kedang sebagai kaum yang hidup bersuka ria dan harmonis dalam seni lagu dan tarian (Edang tatong lia namang, peku nureng uri sele).

  1. E’a Puting Air Maren( Etika Keramahan Pada Alam)

Doktrin kepercayaan lama Edang Wela, mengajarkan pantang larang pada wilayah atau situs keramat.  Adapun wilayah atau situs keramat ini, umumnya merupakan area tadahan air hujan dan sumber mata air. Orang Kedang zaman dulu, percaya akan adanya tulah atau bencana yang akan ditimpahkan kepada manusia, jika situs-situs keramat ini dirusak atau dinodai.  Kenyataan hari ini, pantang larang ini dianggap tidak relevan dan kemudian menyebabkan terjadinya tindakan pengrusakan dandan penggundulan hutan yang makin masif. Kepercayaan lama Edang wela, meyakini bahwa semua tempat yang disakralkan itu, merupakan tempat tinggal para penjaga alam(Mi’er renga).  Para penjaga alam ini akan murka jika keutuhan ciptaan dinodai dan dirusakan oleh keteledoran manusia. Hubungan manusia dengan alam menjadi doktrin paling sakral dalam keyakinan lama Kedang.

  1. Ola Ka Pai’ Min, Bun Tuen La’ Kain (Etika Bercocok Tanam yang Ramah Alam)
BACA JUGA:
Gubernur NTT  “Urut  Dada”

Orang Kedang zaman dulu, meyakini bahwa alam akan memberi kehidupan jika selalu dihargai dan dihormati. Petani dilarang menebang atau membuka kebun pada area terlarang.  Dalam memastikan salah satu area layak dijadikan ladang, perlu melalui ritus khusus. Petani tersebut akan menancapkan kapak atau parang pada sebatang pohon dalam area tersebut dan melakukan ritus sesuai ketentuan.  Kapak atau parang yang ditancap, dibiarkan semalaman dan akan dipastikan keesokan harinya.  Jika kapak atau parang tersebut jatuh ke tanah, berarti ada pesan yang tidak membenarkan area tersebut dibuka atau dibabat jadi ladang baru. Demikian juga sebaliknya, jika parang atau kapak tersebut masih tetap tertancap pada pohon, bermakna alam mengijinkan area tersebut dibuka untuk dijadikan ladang baru. Ketentuan bercocok tanam atau berladang sebagaimana ditemukan dalam pola pertanian generasi terdahulu, wajib mengamalkan terasering pada lahannya.  Adapun pohon- pohon khas yang dipelihara untuk menjaga keseimbangan dan rantai kehidupan. Setiap petani yang hidup dari lahan tersebut wajib menjaga kelestarian makhluk lainnya, seperti burung-burung yang hidup di sekitar wilayah ladang. Di larang untuk menangkap atau membunuh makhluk tersebut meski berupa burung puyu sekalipun.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More