Tiga Kebodohan vs Ekspansi Investasi Asal Tiongkok

***
Kebodohan ke-3 ialah banyak negara tidak membangun dan tidak memiliki sistem intelijen daya-saing (competitive intelligence). Kenapa kelicikan Tiongkok tidak mampu meredam ekspansi Korea Selatan
dan Tiongkok di pasar global akhir-akhir ini? Jawabannya hanya satu: Korea Selatan dan Jepang telah lama memiliki kebijakan publik khusus sistem intelijen daya-saing (competitive intelligence).

Tiongkok sudah membentuk Scientific and Technical Information System (STIS) pada National Science and Technology Commission sejak tahun 1956 (Miao, 1993). STIS menyediakan intelijen sains, riset,
teknologi, proyek, dan rencana strategis Tiongkok. Tahun 2000, STIS mempekerjakan 80.000 karyawan di sel-sel dan situs-situs informasi di seluruh Tiongkok.

Tahun 1986, Tiongkok membentuk unit intelijen ekonomi Komisi Perencanaan Nasional dengan total 10.000 karyawan tahun 1990-an. Dua program ini adalah pilar dasar intelijen daya-saing Tiongkok hingga awal abad 21 (Yan et al, 2004).

Kerja intelijen daya-saing Tiongkok mengubah pemain utama pasar global. BUMN Tiongkok melalui subsidiari China Harbour Engineering Company memberi pinjaman 1,4 miliar dollar AS ke Sri
Lanka (Tavernini, 2019); Belt and Road Initiative Tiongko memimjankan 4 miliar dollar AS ke infrastruktur kereta-api Addis Ababa-Djibouti di Ethiopia dan China-Pakistan Economic Corridor
senilai 62 miliar dollar AS di Pakistan (Mark Akpaninyie, 2019).

BACA JUGA:
Program Misa Ekologis Paroki Roh Kudus
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More