Suara Tawa pada Tragedi “Babak Tambahan” (Jangan Tertawa Kalau Kau Masih Menangis!)

Oleh: Ermalindus Albinus Sonbay♥

Backwash Effect dan Ketidakadilan di Babak Tambahan Indonesia Timur

Backwash effect banyak didefinisikan sebagai cara wilayah-wilayah maju menekan ekonomi wilayah-wilayah lain yang kurang maju dengan modal, barang, jasa, teknologi, kapasitas SDM, hingga strategi pembangunan. Sejalan dengan ini, syndrome parah pembangunan ini akan juga memunculkan mentalitas ketergantungan yang akut. Dan persis di titik ini, wacana bodong soal pertumbuhan ekonomi a la Amerika mengalami penebalannya.

Di Indonesia Timur gaya main Amerika Serikat dengan dasar backwash effect ini mendapat ruang luar biasa termasuk dengan penyebaran penduduk karena alasan demografi yang padat. Jadi, selain modal, barang, jasa, strategi, ada juga aliran penduduk dalam penguasaan ekonomi ini. Seluruh Pusat dan jalur ekonomi di kota-kota di NTT sudah dikuasai dengan baiknya oleh semua pedagang (dari kaki lima hingga pengusaha besar) yang berasal dari luar NTT. Rerata penguasaan sudah berada di fase ekstrim dalam 30 tahun terakhir, sudah di atas angka 62 persen. Yang terjadi dengan realitas sosio-ekonomi ini adalah indeks gini kian besar,
pribumi akan dikategorikan terus sebagai malas, bodoh dan enggan berinovasi, tidak ada lagi dasar untuk membentuk kebahagiaan, kampanye miring atas nama modernitas, marjinalisasi dan persoalan kohesi sosial, hingga status akut jender dan pengembangan ecosoc lainnya.

BACA JUGA:
Perspektif Komunikasi dalam Menjembatani Kesenjangan Pemerataan Pendidikan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More