Sopi Kobok dan Kearifan Lokal

Oleh : Fransiskus Ndejeng *)

Seolah-olah, tidak lengkap dalam bertutur adat, urusan adat, apapun, selalu dibuktikan dengan simbol tuak, atau Sopi, sebagai alas pembicaraan dalam adat Manggarai Raya. Lebih khusus budaya orang Manggarai Timur, seperti Manus, Rongga Koe (orang Wolos), Rongga, Kepo, Rajong, Lamba Leda, dan sebagainya.

Senantiasa diikuti dengan tutur adat lainnya; selalu bersama kalau setiap pembicaraan adat budaya tanpa sopi atau tuak, sepertinya dingin dan tidak bermakna apa-apa. Tuak atau Sopi seperti berjalan bersamaan dan berbarengan dengan adat istiadat yang berlaku di Manggarai pada umumnya, dan di Manggarai Timur pada khususnya.

Setelah disuguhkan minuman tuak adat, berupa tuak Curu (tuak Sundung), itu sang penutur adat menyampaikan suguhan pembicaran selanjutnya yang berkaitan dengan apa maksud , dan tujuan yang akan diucapkan dalam acara-acara resmi selanjutnya. Seperti acara wuat wai,   sasah selek, dan ritus-ritus adat budaya lainnya. Baik acara suka maupun duka. Selalu diawali dengan disiapkan kepok tuak.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More