Sekali Lagi Tentang Tambang di Flores / Manggarai Timur
Oleh: Dr. Ignatius Iryanto Djou
Bagaimana prinsip sederhana dari Pariwisata yang berbasiskan masyarakat: Community Based Tourism Industry ? Pemerintah Pusat dan Provinsi dengan bangga mengedepankan Pariwisata Premium untuk Labuhan Bajo misalnya, yang sangat mahal dan hanya bisa dijangkau oleh kelas elite. Pertanyaannya, apakah ini berarti juga hanya kelas elite Flores ? NTT yang nanti bisa mengambil bagian dalam seluruh rantai Bisnis pariwisata yang akan dibangun ? Kita harus kritis melihatnya.
Ansy Lema, legislator Muda NTT, Putra Ende, yang tinggal di Kupang dan mewakili wilayah Timor, Sumba dan Rote, mengemukakan bahwa NTT itu singkatan dari Nelayan, Tani dan Ternak. Intrinsik dari statement ini adalah dorongan bahwa pengembangan tiga aspek itu harus menjadi bagian terpadu dari pengembangan pariwisasta kita. Saya menggunakan istilah supply chain dari industry pariwisata kita harus berbasiskan masyarakat kita, dus harus berbasiskan kemandirian supply hasil Nelayan, Tani dan Ternak dari masyarakat kita. Disini ketersediaan energy dan air bersih juga adalah kunci. Hal sederhana yang harus jadi perhatian. Batasi hotel hotel supermewah serta resort resort super elite yang diwajibkan untuk membina NTT sebagai bagian dari CSR mereka sekaigus menjadi integrated supply chain dari kebutuhan kebutuhan mereka. Jadi CSR mereka sangat strategic terhadap sustainalibiity dari supply chain mereka. Kembangkan penginapan penginapan sederhana di komunitas komunitas kita, kampung kampung kita dimana usaha usaha NTT tadi juga menjadi penyuplai kebutuhan mereka. Ini bukan saja kuiner namun juga usaha usaha kerajinan lainnya.