Figur bapa Yosef yang luar biasa ini menolong saya memahami mengapa Sri Paus menempatkan tahun 2021 sebagai tahun St. Yosef, sebagai kelanjutan dari arah refleksinya tentang keluarga, yang diwartakannya dalam Dokumen Sukacita Kasih (Amoris Laetitia), lima tahun yang silam. Sebab bagaimanapun, di tengah gempuran zaman oleh arus gelombang kontemporer, keluarga harus pertama-tama diselamatkan, sebagaimana yang diperbuat Allah kepada Nuh.
Sosok Yosef memang sarat makna. Kisah singkat pergulatan suami Maria ini, sebagaimana dilansir injil, sejatinya menguak fakta fundamental akan problematika kehidupan keluarga yang sedang berkelindan dan perlu mendapatkan perhatian serius di tengah arus perkembangan dunia yang labil, instan dan kehilagan kendali.
Benar bahwa tidak mudah membangun keluarga di sebuah kondisi dunia yang sedang tergerus zaman. Namun penempatan keluarga sebagai lembaga berkat sejak awal ciptaan, dan penyelamatan keluarga Nuh setelah dosa memporakporandakan dunia, tetap memperlihatkan betapa keluarga adalah institusi fundamental untuk keberlangsungan Gereja dan masyarakat. Dan oleh karena itu ada dua pesan fundamental di hari Raya St.Yosef hari ini, untuksaya dan mungkin untuk siapa saja yang peduli dengan keluarga.