Seorang penulis Jepang, Junc’ichi Watanabi, pernah berkata suami yang buruk membawa kesengsaraan seumur hidup bagi istri. Apakah karena peringai kebanyakan suami seperti ini, sehingga Santa Teresa dari Calcuta pun pernah angkat suara agar keluarga menjadi taman senyuman bersemi, supaya dari secercah senyum, bertumbuh kasih satu untuk yang lain? Tak diketahui pasti. Namun Watanabi dan Teresa memaksa saya membayangkan situasi serupa saat Yosef berencana diam-diam untuk menceraikan Maria, dan ketika rencana itu diam-diam ditarik kembali, setelah ditegur malaikat dalam mimpi.
Kalau benar St. Yosef ini seorang yang tulus hati, sebagaimana dilansir Injil, maka bisa dipastikan bahwa hasrat perceraian, kendati dirancang Yosef secara diam-diam, pasti tampak kasat mata dalam ekspresi lahiriahnya, yang memungkinkan Maria segera membaca bahasa tubuh Yosef yang tak biasa. Dan oleh karena itu bisa diduga bahwa pergulatan Yosef sama berat dengan pergulatan Maria, karena dalam kondisi kehamilan pertama sebagai seorang ibu muda, ia harus menghadapi rencana perceraian dari tunangannya itu.