
Salib, Ketulusan Menderita
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero; Tinggal di Labuan Bajo
Dua Jalan
Perilah keadaan ragu, yang inheren dalam diri manusia, ciptaan yang terbatas, fana, sebagai suatu sifat yang khas manusiawi, jika dihubungkan peristiwa Getsemani menegaskan suatu kondisi yang sulit karena berada dalam dua pilihan.
Kondisi demikian dalam formula biblis-teologis, memilih surga atau neraka, kebahagiaan kekal di Surga atau kebinasaan abadi di neraka. Atau dalam bahasa yang sederhana, pilih kegembiraan, namun harus lewat penderitaan, dalam Tuhan atau pilih kesenangan duniawi, menikmati kemewahan semu, dalam iblis.
Kedua pilihan ini memiliki konsekuensinya. Memilih Surga harus melewati jalan Allah yakni jalan lubang jarum (bdk. Mrk. 10:25), jalan salib (bdk. Mat. 16.24), jalan sempit. Memilih neraka niscaya adalah jalan iblis yaitu memenuhi keinginan daging (bdk. Gal. 5:17-21) yang tampak dalam kemegahan, kemewahan, kesenangan duniawi. Dalam arti ini, jalan menuju neraka amat lebar.
Kedua jalan itu yakni jalan surga dan jalan neraka, kalau menggunakan bahasa Rasul Paulus adalah hidup menurut Roh dan hidup menurut daging. Dirumuskan secara sederhana, jalan ke surga adalah jalan yang sempit dan jalan menuju neraka adalah jalan yang lebar. Dengan kata lain, amatlah sulit jalan menuju surga, dan begitu entengnya jalan ke neraka.