
Salib, Ketulusan Menderita
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero; Tinggal di Labuan Bajo
Sebagai contoh, spirit ini dapat ditemukan dalam kisah Zakheus dalam injil Lukas 19:1-10, kisah Perempuan yang berzinah dalam injil Yohanes 8:1-11. Lebih tegasnya Yesus sendiri berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tapi orang sakit.” (Mat. 9:12). Lalu pada kesempatan lain Yesus juga mengatakan: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tapi orang berdosa supaya bertobat.” (Luk. 5:32).
Bukti autentik dan paling nyata dari kata-kata Yesus adalah saat Yesus memohon kepada Bapa-Nya untuk mengampuni semua mereka yang turut berkontribusi dalam hukuman salib yang menimpa diri-Nya (lih. Luk. 23:34). Lebih jelas lagi, Yesus menempatkan penjahat yang berada di samping-Nya dalam Kerajaan Surga, setelah dia menyatakan penyesalan dan tobat (lih. Luk. 23:43).
Penutup
Ketulusan Yesus menerima hukuman salib membuahkan hasil yang gilang gemilang. Penderitaan dalam beragam bentuknya bukan lagi menjadi beban yang mesti diratapi. Kesengsaraan tidak lagi sebagai tragedi yang terus-menerus ditangisi. Duka nestapa tak lagi menjadi momok yang menakutkan.