Rare Earth Elements (REE) & Rencana Tambang Gamping Di Matim

(bagian 3 dari 4 tulisan)

 

REE-Singapura-Deng Xiaoping

 

Dalam pidatonya di Jiangxi awal Januari 1992, arsitek modernisasi Tiongkok, Deng Xiaoping (1904-1997), merilis kebijakan strategis REE : “The Middle East has oil, China has rare earths.” Bahwa nilai strategis sumber REE Tiongkok dengan sekitar 80% cadangan terkira REE dunia, sama dengan minyak Timur-Tengah (Dian L. Chu/Business Insider, 11/11/2010). Ini adalah jejak awal strategi Tiongkok mengendalikan produksi dan pasar REE dunia.

Sejak pidato Deng Xiapoing itu, Tiongkok menyulap zona Baotou, kota berpenduduk 1,8 juta jiwa awal abad 21, sekitar 650 km di sisi barat Beijing (Tiongkok) menjadi ‘ibukota REE’-capital of REE. Awal abad 21, Baotou-Inner Mongolia (Tiongkok) memproduksi lebih dari separuh REE dunia (Chris Buckley, 3/11/2010).

Hingga Mei 2019, Tiongkok memproduksi 85% REE dunia atau sekitar 105.000 ton per tahun. Amerika Serikat (AS) bergantung pada pasokan 90% REE asal Tiongkok; Jepang juga bergantung pada pasokan 53% REE asal Tiongkok yang mendendalikan teknologi tinggi bateri dan pasokan magnet REE. Januari 2011, Kementerian Industri, Ekonomi dan Dagang Jepang terpaksa mengajukan anggaran 100 miliar yen guna mengurangi separuh konsumsi logam REE dan mengembangkan bahan-bahan alternatif REE (Yoichi Funabashi/The Japan Times, 29/5/2019).

BACA JUGA:
Covid Varian Omicron Masuk China, 3 Kota Dikunci
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More