Tidak sampai sebulan dua kasus berkaitan dengan tuduhan penistaan agama bergulir ke depan hukum. Pertama kasus Ferdinand Hutahaean atas postingan : Allahmu lemah sedangkan Allahku begitu perkasa. Ferdinand akhirnya ditahan dan sedang menjalani proses hukum. Menyusul kemudian pelaporan KASAD Jenderal TNI Dudung Abdullrahman dalam pernyataannya yang diviralkan di media social, Tuhan bukan orang Arab”.
Dua kasus ini menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat supersensitive dalam hal-hal yang bersentuhan dengan keagamaan. Perspektif agama dalam konteks theosentris begitu dominan melampaui perspektif agama dalam konteks sosiologis dan kosmologis. Orang berpandangan bahwa agama adalah hubungan trasendental manusia dengan sang pencipta. Oleh karena itu, harus dijaga dengan pengorbanan diri, melampaui hubungan dengan sesama ataupun hubungan manusia dengan alam (kosmologis).
Memposisikan diri untuk membela agama dalam konteks theosentris menjadi pembelaan terhadap Tuhan. Posisi ini menyibak misteri eskatologis yang dijanjikan agama. Kematian adalah sebuah kepastian, hanya waktu dan caranya adalah sebuah misteri. Dan ketika kematian itu kita jemput karena membela agama, maka keselamatan kekal bukan lagi sebagai sebuah misteri.