Puisi “Tini Minta Karet”: Refleksi Bersama Edi Menori

Oleh : Alvares Keupung**

Bagian Keempat Dan Kelima : Kesetiaan Dan Keharmonisan Keluarga, Ideal Yang Dirindukan

Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat kata dan perbuatan, Papa dan Mama menjadi satu
Tini minta karet
Untuk mengikat Papa dan Mama
Agar seia sekata, sehati sejiwa sampai mati
Tini minta karet
Untuk mengikat uang Papa dan Mama
Agar tidak terhambur di tempat judi

Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk menyatukan hati dan pikiran Papa dan Mama
Dalam hati Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat Papa dan Mama setiap hari
di bawah kaki salib
Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat Papa dan Mama
Dekat kaki bunda Maria

Rumusan janji perkawinan dalam Gereja Katolik ( Roma ), ” Saya berjanji untuk setia dalam untung dan malang, di waktu sehat maupun sakit “, sesungguhnya sebagai sebuah maklumat tentang kesetiaan dan keharmonisan suami istri Gereja Katolik ( Roma ) dalam menata dan membangun kehidupan berumah tangga. Kesetiaan dan keharmonisan Kristus dengan Gereja – Nya menjadi model bagi perkawinan Gereja Katolik (Roma).

BACA JUGA:
Damai Sejahtera di Bumi (Refleksi Atas Kehidupan Sosio Politik)
Berita Terkait
1 Komen
  1. Carlos Sarianto berkata

    Terima kasih atas ulasannya. Sedikit bertanya tentang kutipan pernyataan Rene Descartes: ” Hidup yang tidak dihidupi, tidak layak dihidupi ”. Saya mendalami filsafat Descartes, namun tidak menemukan pernyataan itu. Setahu saya, hanya Socrates yang pernah membuat pernyataan sejenis, tetapi bukan seperti yang dikutip penulis. Socrates berseloroh demikian: ” Hidup yang tidak direfleksikan, tidak layak dihidupi ”. Bukan seperti yang dikutip penulis ” Hidup yang tidak dihidupi, tidak layak dihidupi ”

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More