Pilkada: Drama dan Moral Politik

Realitas di lapangan pun memang demikian. Mereka bahkan peluk dengan masyarakat yang ekonominya sungguh memprihatinkan. Setelah itu, mereka buang janji manis kepada masyarakat tersebut agar kelak ketika dia menang, maka dijanjikan ganti rumah baru misalnya. Dramatisasi macam ini adalah sebuah alat paling jinak dipakai oleh para kandidat setiap kali Pemilu.

Tetapi apakah benar demikian? Penulis yakin sangat tidak! Banyak sekali kebohongan-kebohongan dalam setiap kali momentum Pilkada, seperti masyarakat disuguhi janji-janji manis yang nol akan realisasi.

Tetapi ini sebetulnya sangat lucu. Bagaimana tidak kandidat yang sebelumnya bergaya elitis sekejap kemudian berubah menjadi merakyat?

Pertanyaan mendasarnya apabila kandidat itu merakyat, benarkah sebelumnya dia merakyat? Penulis kira tidak. Banyak sekali fakta empiris yang membantah itu. Sungguh ini sebuah dramatisasi dan lelucon yang tak berkesudahan.

Kemudian, soal janji perbaiki ekonomi bagi masyarakat dengan kondisi memprihatinkan. Lagi-lagi ini adalah sebuah propaganda. Meski ada satu dua orang yang terealisasi, tetapi itu tidak berkorelasi secara positif dengan sejumlah umbaran janji para kandidat.

BACA JUGA:
Dewan Guru Besar UI Desak DPR Hentikan Revisi UU Pilkada
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More