Perspektif Filosofis tentang Waktu

 

Umat manusia merayakan sebuah momen kemewaktuan: sebuah hari dan tahun yang baru. Namun, apakah itu waktu? Bagaimanakah waktu harus didefinisikan?

Ini sebuah pertanyaan sederhana yang menjadi pusat perhatian banyak pemikir sejak dahulu kala. Tidak mudah memberikan definisi mengenai apa itu waktu. Jam, kalender, pergantian hari, bulan, dan tahun, bukanlah waktu itu sendiri; semua itu adalah penunjuk waktu, atau pengukur waktu (kronometer). Dengan alat-alat atau instrumen-instrumen itu, waktu dikuantifisir, dibuat menjadi objektif dan universal. Tapi, apa itu waktu?

Jawaban terkenal diberikan oleh Agustinus dalam bukunya Confessiones: “Kalau tidak ada yang bertanya kepada saya mengenai apa itu waktu, saya tahu apa itu waktu. Tapi kalau ada yang meminta penjelasan kepada saya mengenai apa itu waktu, saya menjadi tidak tahu.“ Agustinus benar. Kita sering sekali dalam percakapan menggunakan kata waktu. Misalnya: waktu saya sempit sekali, waktunya sudah tiba, saya tidak ada waktu, dll. Pernyataan-pernyataan itu memperlihatkan bahwa kita memiliki pengetahuan mengenai apa itu waktu. Tapi ketika ada orang meminta kita untuk memberikan definisi mengenai apa itu waktu, kita selalu kesulitan untuk mendefinisikannya.

BACA JUGA:
Nathalie Kabur dari Rumah Sule, Oma Hetty Holscher Bongkar Penyebabnya
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More