Ketika Ibu Bangsa Berbisik

Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.

Penulis / Gerard N Bibang
0

Kamu yang berurai air mata dalam sunyi
Pasti terluka hatimu oleh tipu tapu dan kata-kata manis
Kamu menjadi batu karena acuh tak acuh
Awas, akan kukoyak kenanganmu!
Telah kuhembuskan bisik-bisik ke telinganya
Badannya membungkuk sembari tersenyum
Aku tahu apa arti senyumnya itu

Pancasila sudah harga mati
Kamu yang kutak-katik konstitusi
Awas kurobek keningmu!
Kamu melecehkan martabat negeri di hadapan dunia yang selalu memantau
Kelembutan sudah mati, kamu tahu!
Kejujuran sudah mati, kamu tahu!
Negerimu menjadi begitu renta
Karena kamu tak mau tahu apa itu kebenaran
Palsu asli, asli palsu, ternyata fotokopi dibuat asli
Etika dibolak-balik sesuka hati

Cepat-cepatlah kamu terjun ke air panas yang mendidih
Matamu yang membelalak liar akan segera hangus kering
Marah besar orang-orang pinggiran bukan kentut di ruang hampa
Dada mereka menggelegak hingga sukma membara-bara
Berhentilah berdusta di bawah cahaya langit
Abad informasi ini telah melihat semuanya dengan jernih

Wahai kamu-kamu di luar sana
Tengoklah ketika ibu bangsamu berbisik-bisik tanpa pukul meja
Burung-burung yang berkicau membungkam mulut
Hatimu yang membatu akan leleh terhancur
Janganlah bunuh suara-suara yang menegurmu
Hidup ini hanya sekali
Cintalah jika kamu mau dicintai

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More