Perayaan Paskah Tanpa Perubahan Hanyalah Seremonial dan Sandiwara Iman
Oleh Dionisius Ngeta, Koordinator Umum YASBIDA Cabang Sikka
PERUBAHAN merupakan inti dari alam semesta, demikian keyakinan masyarakat Cina Kuno. Karena itu mereka sangat menghargai perubahan. Herakleitos, yang hidup di jaman Yunani Kuno (500 tahun SM) pun berkeyakinan sama. Bahwa tidak ada yang tetap di alam semesta, kecuali perubahan itu sendiri. Pemikir, sekaligus salah satu tokoh awal perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat itu, berkeyakinan bahwa perubahan adalah inti dari kehidupan. Segala sesuatu berubah. Waktu dan manusia berubah di dalamnya. Sama seperti Herakleitos, Aristoteles pun mengakui perubahan sebagai bagian penting dari kehidupan. Namun sedikit berbeda. Bagi Aristoteles, perubahanan adalah sebuah kemungkinan. Perubahan adalah kemungkinan.
Perayaan Paskah sudah berakhir. Suasana dan Masa Paskah pun akan berlalu. Kita akan dihadapkan dengan masa dan suasana biasa. Lalu, apa yang tak pernah berubah? Apa yang penting dan tak pernah berakhir? Ya, perubahan itu sendiri. Perayaan Paskah tidak hanya sekedar ritual dan rutinitas tahunan. Paskah mesti bisa membuahkan perubahan. Paskah tanpa perubahan sikap hanyalah ritual, rutinitas dan sandiwara iman. Sebagai sebuah perayaan iman, Paskah hendaknya menjadikan Umat Kristiani terobsesi untuk bangkit-berkembang dan berbuah dalam iman, harapan dan kasih. Sehingga perubahan peningkatan kualitas iman dan kehidupan menggereja bisa menjadi nyata dirasakan.