Pendidikan Demokrasi Pancasila dalam Membentuk Sistem Politik Nasional

Oleh Maria Kleopasia Koni, Mahasiswa Unika Ruteng-Flores

Pertarungan merebut takhta itu pun bergulir dalam roda waktu, hingga masyarakat mulai jenuh dan kehilangan optimisme atau keyakinan. Citra politik pun mulai memudar, dalam entitas makna dan praksis. Politik lantas dipandang dalam kaca mata pengalaman pembohongan publik dalam sandiwara diri, keluarga dan partai. Para penguasa akan menjadi puas apabila kekuasaan sudah berada di tangan mereka, rakyat luntang-lantung dan kemapanan berpihak dalam hidup mereka. Dalam Kompas.com, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Abdul Kadir Karding menyatakan Presiden Joko Widodo hendak menghadirkan politik yang optimistik di kampanye Pilpres 2019. “ Rakyat mesti diberikan pendidikan politik, mesti diberikan pernyataan yang dicerna akal sehat sesuai adat kebudayaan kita dan memiliki makna optimisme ke depan. Itulah yang diharpkan presiden(melalui pernyataannya),” kata Karding saat dihubungi, Jumat (9/11/2018). Pernyataan ini mau mengungkapkan bahwa selama ini hak rakyat telah diabaikan oleh calon-calon pemimpin saat kampanye. Rakyat hanya terbuai dengan tampilan luar para calon pemimpin tanpa melihat lebih dalam jati diri mereka serta kompetensi dirinya.

BACA JUGA:
Karya Seorang  Musafir
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More