
Paroki Katedal St. Yoseph Maumere Jadi Model Toleransi Agama dan Ekumenis di Indonesia
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis dan anggota Tim Editor & Penulis Buku 150 Tahun Paroki Katedral St. Yoseph Maumere)
Dalam konteks Gereja Mondial, selain mengacu pada semangat Konsili Vatikan II, dan praktik pastoral selama masa kepausan beberapa Sri Paus dalam lima dasawarsa terakhir, juga panggilan kita untuk terus berdialog dan menunjukkan sikap toleransi antarumat beragama, mestinya mengacu pada keteladanan hidup dan pengajaran yang diwariskan Guru Ilahi Kita Yesus Kristus sebagaimana yang ditunjukkan ketika masa hidupnya di bumi (inkarnasi), dan sebagaimana yang diajarkanNya sebagaimana yang ditulis dalam Kitab Suci.
Beberapa teks Kitab Suci yang menunjukkan kepada kita bagaimana Yesus selalu membangun dan mempraktikkan dialog kehidupan dengan para pihak yang berbeda dengan falsafat hidup dengannya. Di antaranya Percakapan Yesus dengan Perempuan Samaria sebagaimana yang ditulis Penginjil Yohanes bab 4 ayat 1-42. Beberapa teks kitab suci lainnya yakni Matius 22:39 “Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” (Mat 22:39);
Teks kitab suci yang juga yang menginspirasi agar kita saling mengasihi dan terus membangun dialog dengan sesama “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu Supaya kamu saling mengasihi, sama seperi Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu saling mengasihi” (Yoh 13;34); “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16); “Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi , seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:12); “Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan”( 1 Tesalonika 5:11), dan Surat Paulus kepada Umat di Roma 14:19 yang berbunyi “Sebab itu, marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.” (Roma 14:19).