
Paroki Katedal St. Yoseph Maumere Jadi Model Toleransi Agama dan Ekumenis di Indonesia
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis dan anggota Tim Editor & Penulis Buku 150 Tahun Paroki Katedral St. Yoseph Maumere)
Untuk diketahui, semangat dialogis/toleransi yang kemudian dituangkan dalam pernyataan Nostra Aetate (NA) oleh para Bapak Konsili di atas tidak terlepas dari semangat pembaharuan (Aggiornamento) yang dibangun Sri Paus Yohanes XXIII yang menggagas untuk diselenggarakanya Konsili Vatikan II (1962-1965).Semangat pembaharuan Sri Paus Yohanes XXIII ini terealisasi dalam masa Kepausan Sri Paus Paulus VI dan para Bapa Konsili Vatikan II yang berhasil menghasilkan dokumen penting Nostrae Aetate, dan beberapa dokumen penting lainnya. Paus Yohanes Paulus II selama masa kepausannya menjadi sosok sentral dalam upaya mewujudkan semangat dialogis itu dalam tindakan nyata.Tak heran selama masa Kepausannya (1978-2005), Paus John Paul II banyak melakukan perlawatan ke berbagai belahan dunia, termasuk mengunjungi lima kota di negara Indonesia yang nota nene negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, selama 5 hari sejak 8 hingga 12 Oktober 1989.
Paus berdarah Polandia yang sudah digelar Santo atau orang kudus pada tahun 2014 itu, juga membangun dialog persahabatan dengan berbagai tokoh agama di dunia, termasuk saat mengunjungi Jakarta pada 8 Oktober 1989, di mana saat itu Sri Paus berdialog dengan para tokoh lima agama besar di Indonesia yakni tokoh Islam, tokoh Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Buddha di Taman Mini Indonesia Indah (TMMI).