
Paroki Katedal St. Yoseph Maumere Jadi Model Toleransi Agama dan Ekumenis di Indonesia
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis dan anggota Tim Editor & Penulis Buku 150 Tahun Paroki Katedral St. Yoseph Maumere)
Sementara NOSTRA AETATE, artikel 3 secara tersurat membicarakan tentang hubungan Gereja Katolik dengan Islam, demikian petikannya “Gereja juga menghargai Umat Islam yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belas kasihan dan mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada Umat manusia. Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada ketetapan-ketetapan Allah juga yang bersifat rahasia… Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah melainkan menghormatiNya sebagai nabi. Mereka juga menghormati Maria BundaNya yang tetap perawan, dan ada saat-saat tertentu dengan kidmat berseru kepadanya. Selain itu, mereka mendambakan hari pengadilan, bila Allah akan mengganjar semua orang yang telah bangkit. Maka, mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa, dengan memberikan sedekah dan berpuasa”.
Demikianlah pintu Pembaharuan yang dibuka Konsili Vatikan II yang memberi ruang pemahanan baru dengan agama-agama Non-Kristen dan semangat ekumenis yang dilandasi persaudaraan, perdamaian, dan iman akan Yesus Kristus yang sama. “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya,” (Ibrani 13:8).