NTT dalam Gerakan Literasi Sekolah
Oleh: Albertus Muda, S.Ag (Guru Honorer SMA Negeri 2 Lewoleba-Lembata-NTT)
Namun, perlu disadari bahwa dengan meningkatnya peradaban manusia, ditambah kemajuan teknologi informasi, maka kultur membaca dan menulis mesti menempati porsi yang lebih besar. Meski demikian, kultur mendengar dan bercerita pun tetap dilestarikan. Hal itu terbukti dengan digiatkannya story telling di kalangan pelajar yakni membaca cerita rakyat dan menceritakan kembali secara lisan.
Hendaknya para guru, orang tua dan para pustakawan menjadi teladan literasi di tempatnya masing-masing. Akan sangat mustahil jika, para guru dan pendidik menuntut para siswa menumbuhkan budaya membaca dan menulis, sedangkan pada saat yang bersamaan guru masih berkutat pada budaya dengar ucap. Selain itu, para pustakawan mesti menjadi agen yang literat.
Para guru dan orang tua pertama-tama mesti menjadikan dirinya akrab dan lekat dengan budaya membaca dan menulis. Terbangunnya budaya baca di sekolah bahkan di rumah akan menyemai penulis-penulis andal, kreatif, cerdas dan intelek. Apabila semua ini terbina dengan baik, maka ketika anak-anak memasuki dunia pendidikan tinggi mereka tidak merasa gamang dalam menulis bahkan meneliti.