NTT dalam Gerakan Literasi Sekolah
Oleh: Albertus Muda, S.Ag (Guru Honorer SMA Negeri 2 Lewoleba-Lembata-NTT)
Beberapa data yang dapat dijadikan indikator pembangun untuk mengukur tingkat kegemaran membaca masyarakat dalam (2022:145). Pertama, frekuensi membaca per minggu. Kedua, durasi/lama membaca per minggu. Ketiga, banyaknya buku yang dibaca per triwulan. Keempat, frekuensi akses internet per minggu. Kelima, durasi/lama akses internet per hari.
Berdasarkan skala yang dipaparkan di atas dan merujuk pada empat indikator untuk mengukur tingkat kegemaran, ditemukan bahwa tingkat kegemaran membaca warga provinsi NTT berada di nilai 63,00. Artinya, berdasarkan hasil penelitian, interval nilai tingkat gemar membaca masyarakat NTT berada pada skala 60,1-80 dengan kategori tinggi. Level ini belumlah cukup sebab frekuensi membaca mesti terus dipacu. Demikian juga lama membaca, berapa banyak buku dibaca dan waktu mengakses internet untuk membaca secara online.
Lestarikan Budaya Baca
Sudah waktunya masyarakat beralih dari tradisi verbal yaitu dari budaya mendengar dan bercerita menuju budaya membaca dan menulis. Hal ini bukan berarti budaya tutur tidak penting. Memang saat ini budaya tutur masih dominan jika dibandingkan kultur membaca dan menulis. Kultur mendengar dan bercerita merupakan budaya zaman lampau yang sudah lewat masa jayanya, tetapi masih juga relevan di masa kini.