Hal ini menjadi perhatian pemerintah setempat untuk mengetahui dan mengecek dimana letak kelemahannya, sehingga pasokan kebutuhan ekonomi konsumen seperti minyak goreng sampai mengalami kelangkaannya? Tentu, hal ini juga, menjadi tugas pemerintah melalui industri perdagangan dan pasokan rantai kebutuhan pangan, pasar, dan sirkulasinya, semestinya menjadi urusan pemerintah agar tetap terjaga keseimbangannya. Menurut pengamatan penulis, hal ini sudah terasa dan terlihat akhir bulan Pebruari tahun ini, mulai ada trik dan tanda-tanda pasokan minyak goreng mengalami kelangkaan di pasaran domestik setempat. Dimana, ada penjual tertentu saja, tetapi dijual dengan harga per liter mulai dari Rp.14.000-bahkan sampai Rp.20.000/ liter.
Bahkan sampai siang ini, penulis juga mengelilingi setiap tempat penjualan minyak goreng, dari pasar desa batu cermin, Alfamart sampai tokoh sembako, dinyatakan kosong sama sekali. Dimana letak kepincanganya? Tadi, ada seorang ibu membeli sisah minyak goreng yang biasanya harga sebotol, bukan merek Bimoli, pasokan dari tempat lain, seperti dari Lembor terpaksa membeli karena sangat dibutuhkan di dapurnya, sekalipun harga naik dari biasanya sebesar Rp.10.000/botol kecil, dijual dengan harga Rp.20.000/ botol 600 ml.